Pada sebuah trotoar kulamunkan nyanyian

Juga bersila di pangkuan

Sambil mengukir cita-cita di tanah gembur para leluhur

Kuraih janggut putih ayah yang basah oleh hikayat

 

Hikayat tentang alamat dan amanat yang musti kutunaikan

Sebelum semuanya berangkat pada tujuan 

Mulanya hanya sebuah kata yang tak dapat kupastikan

Apa dan bagaimana sebenarnya

Kemudian kutemui persimpangan yang memaksaku untuk bertanya

Mengapa harus begini nyataanya

Dan hanya pada sebuah akhir, harapan itu ada

Dengan tanpa menyisakan kata dan tanya

 

Wahai ibu….

Wahai ayah….

 

Jangan ada sak wasangka bila ananda enggan pulang

Bukan benci atau lupa pada kampung halaman

Melainkan ada sejumput isyarat yang belum lengkap

Untuk sekedar memberanikan diri, menatap kembali

Kasih dan rindu yang kau selipkan

 

Wahai ibu….

Wahai ayah ….

Pada sebuah trotoar kulamunkan nyanyian

Juga bersila di pangkuan

Sambil mentahbiskan asmamu pada kalimah cinta

 

 

Masaly, 16 maret 2008