Pada sebuah trotoar kulamunkan nyanyian
Juga bersila di pangkuan
Sambil mengukir cita-cita di tanah gembur para leluhur
Kuraih janggut putih ayah yang basah oleh hikayat
Hikayat tentang alamat dan amanat yang musti kutunaikan
Sebelum semuanya berangkat pada tujuan
Mulanya hanya sebuah kata yang tak dapat kupastikan
Apa dan bagaimana sebenarnya
Kemudian kutemui persimpangan yang memaksaku untuk bertanya
Mengapa harus begini nyataanya
Dan hanya pada sebuah akhir, harapan itu ada
Dengan tanpa menyisakan kata dan tanya
Wahai ibu….
Wahai ayah….
Jangan ada sak wasangka bila ananda enggan pulang
Bukan benci atau lupa pada kampung halaman
Melainkan ada sejumput isyarat yang belum lengkap
Untuk sekedar memberanikan diri, menatap kembali
Kasih dan rindu yang kau selipkan
Wahai ibu….
Wahai ayah ….
Pada sebuah trotoar kulamunkan nyanyian
Juga bersila di pangkuan
Sambil mentahbiskan asmamu pada kalimah cinta
Masaly, 16 maret 2008
Mei 26, 2008 at 11:40 am
Kadang waktu membuat kita membisu
Terdampar dalam lingkaran ego yang hadirkan sepi
Kadang sibuk mengejar cita membuat hati membeku
Hingga akhirnya lupa atau sengaja menahan bilang cinta
Pada mereka yang setia mendukung dan mengirim doa
serta berkata “aku bangga padamu,nduk..”
(Thx buat blogwalkingnya mas, sy jg kagum pada karyamu)
Juli 12, 2008 at 10:10 am
cieeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee
Juli 12, 2008 at 10:14 am
terima kasih sudah menyelamatkanq dari bahaya MAHMUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUL……………………………………………..
Juli 12, 2008 at 10:15 am
THANKS USTADZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZZ